Pada suatu hari, di dalam majelis Rasulullah ﷺ, seorang sahabat duduk dengan wajah penuh kegelisahan. Matanya menunduk, jemarinya saling menggenggam, seolah ada sesuatu yang berat di hatinya.
Ia menghela napas, lalu dengan suara lirih, ia berkata,"Wahai Rasulullah, aku ingin bertanya… tetapi aku khawatir, mungkin pertanyaanku ini akan membuatku semakin malu di hadapan Allah."
Rasulullah ﷺ tersenyum lembut, tatapan beliau penuh kasih sayang. "Katakanlah, wahai saudaraku. Tidak ada pertanyaan yang membuat seseorang hina jika ia bertanya untuk mencari kebaikan."
Sahabat itu mengangkat wajahnya perlahan, matanya mulai berkaca-kaca. "Wahai Rasulullah, aku merasa shalatku sering tidak khusyuk.
Kadang aku mengingat urusan dunia, kadang pikiranku melayang entah ke mana. Aku takut shalatku tidak diterima oleh Allah… apakah dengan shalat seperti itu, aku tetap mendapatkan pahala?"
Sekejap, suasana menjadi hening. Para sahabat yang lain menunduk, merasakan kegundahan yang sama. Mereka tahu betapa beratnya pertanyaan itu.
Namun, yang terjadi setelahnya benar-benar tak terduga. Rasulullah ﷺ tidak segera menjawab. Beliau menatap sahabat itu dalam-dalam, lalu air mata mulai membasahi pipi beliau. Para sahabat terkejut—mereka jarang melihat Rasulullah menangis dalam keadaan seperti ini.
Dengan suara bergetar, Rasulullah ﷺ berkata, "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh setan tidak akan pernah berhenti berusaha mencuri bagian dari shalat seorang hamba, hingga ia teralihkan. Tetapi ketahuilah… Allah tetap melihat usahamu."
Beliau menarik napas dalam, lalu melanjutkan, "Wahai saudaraku, jika engkau meninggalkan shalat hanya karena takut tidak khusyuk, maka setan akan menang.
Tetapi jika engkau tetap berusaha shalat meski dengan kehadiran pikiran yang mengganggu, ketahuilah… setiap kali engkau berusaha kembali kepada Allah dalam shalatmu, saat itulah Allah menyambutmu."
Air mata sahabat itu jatuh. Ia menangis, begitu pula para sahabat lainnya.
Kemudian Rasulullah ﷺ berkata dengan penuh kelembutan, "Bayangkan seorang ibu yang melihat anaknya berjalan ke arahnya, tetapi anak itu sering jatuh dan tersandung. Apakah sang ibu akan marah?
Tidak! Ia justru akan berlari menghampirinya, mengangkatnya, dan mendekapnya erat. Itulah Allah… Ia lebih penyayang dari seorang ibu kepada anaknya. Selama engkau terus kembali, Allah akan selalu menerimamu."
Sahabat itu menangis terisak. Begitu pun para sahabat lainnya. Betapa Maha Pengasihnya Allah, betapa luas rahmat-Nya.
Dari hari itu, sahabat itu tidak lagi putus asa dalam shalatnya. Ia tetap berusaha, dan setiap kali pikirannya melayang, ia mengingat kata-kata Rasulullah ﷺ:
*"Setiap kali engkau berusaha kembali, saat itulah Allah menyambutmu."*
Posting Komentar untuk "Wahai Rasulullah Aku Merasa Sholat ku Sering Tidak Khusyuk "