Syarah Hadis Pembangunan Masjid Dhirar Era Kenabian dan Kontemporer


Dosen Universitas Islam Makassar dan Ketua Matan Sulsel, Mahmud Suyuti 

Oleh: Machmud Suyuti

Makassar Media Duta,- Inna Lilllahi Wa Inna Ilayhi Rajiun, H. Muh. Tonang (wafat 19/12) di RS Sadiego Siloam Karawaci, Tangeran Banten pukul 10.30 WIB.

Almarhum tidak begitu saja pergi bersama tubuh kasarnya dan sesudah itu dilupakan karena beliau adalah seorang yang meninggalkan warisan berharga berupa pemikiran yang perlu dikenang dan dipelajari melalui disertasi Doktor yang ditulisnya berjudul Syarah Hadis Pembangunan Masjid Dhirar Era Kenabian dan Kontemporer.

Disertasinya setebal 315 halaman berisi 72 hadis dihafal mati oleh almarhum sampai wafatnya.

Hadis-hadis terkait pembangunan masjid yang ditelitinya kemudian disulap menjadi karya ilmiah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor program studi Hadis Pascasarjana UIN Alauddin Makassar dibawa serta ke Jakarta sampai wafatnya di sana.

Selangkah lagi almarhum menyandang gelar Doktor, sudah terjadwal ujian promosi Doktornya di akhir bulan Desember ini.

Namun takdir berbicara lain karena Tuhan memanggil hamba-Nya yang baik hati itu, sabar, pendiam, tidak banyak bicara kecuali hal yang sangat penting dan menyejukkan saat bersamanya.

Saya sebagai seorang teman yang sudah lebih 30 tahun bersamanya mengenal persis almarhum sebagai pekerja keras dan amanah.

Sehingga bukan secara kebetulan almarhum sebagai Kakanwil Kementerian Agama Sulawesi Selatan yang telah mendarmabaktikan yang terbaik.

Memiliki kontribusi besar terhadap pelayanan keagamaan terutama dalam hal pembangunan masjid dan pemeliharaannya serta upaya memakmurkan rumah-rumah ibadah lainnya sebagaimana yang ditulis dalam disertasinya.

Almarhum telah mewariskan amal jariah berupa ilmu pengetahuan tentang bagaimana menata masjid yang ramah lingkungan, masjid ramah lansia dan anak-anak dan langkah-langkah yang diambil untuk mewujudkannya.

Semuanya termaktub dalam disertasi yang ditulisnya lengkap dengan hadis-hadis yang oleh beliau ingin memastikan masjid dapat diakses oleh semua elemen masyarakat tanpa mengenal usia khususnya bagi lansia agar merasa khusyuk dalam beribadah.

Salah satu rekomendasi penting dalam disertasinya yang terdiri atas lima bab pembahasan tersebut adalah setiap masjid dipastikan layak untuk aksesibilitas yang baik.

Tempat duduk yang nyaman dengan menyiapkan kursi roda, modifikasi toilet khusus lansia yang aman dan nyaman serta gampang dijangkau.

Pada bagian terakhir tulisannya, beliau ingin memastikan untuk melibatkan lansia dalam pengambilan keputusan untuk memakmurkan masjid.

H. Muh. Tonang, lahir di Sanrego Kabupaten Bone pada tanggal 14 September 1974.

Setelah tamat Sekolah Dasar 298 di kampungnya tahun 1987, hijrah nyantri di Ma’had Hadis Biru Kabupaten Bone selesai 1990.

Kemudian kuliah di IAIN (UIN) Alauddin Makassar Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin selesai tahun 1998. Jenjang Magister selesai tahun 2001 pada Institusi yang sama. 

Sementara kuliah di S2 saat itu, diberi amanah untuk menjadi Sekretaris Korcab PMII Sulawesi Selatan.

Tahun 2007 sebagai Pengurus Harian PW GP Ansor Sulawesi Selatan dan terpilih menjadi Ketua Wilayah tahun 2012 di Banom NU tersebut.

Selain itu, juga menjadi Dewan Pembina PW MATAN Sulawesi Selatan, dan sampai sekarang sebagai Ketua Dewan Penasehat GP Ansor Sulawesi Selatan dan salah satu unsur Ketua di Jam’iyah Khalwatiyah Syekh Yusuf al-Makassari.

Sejak tanggal 28 Oktober 2024 dilantik sebagai Sekretaris Tanfidziyah PWNU Sulawesi Selatan masa khidmad 2024-2029 yang dengan posisinya itu almarhum telah merancang renstra, rencana strategi penguatan jamaah dan jamiyah melalui pemberdayaan masjid.

Dalam penyusunan rentsra itu, almarhum dalam prakata disertasinya menulis ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, Menteri Agama RI (2024-2029) yang dengan inspirasi dan nasehatnya yang sejuk penuh hikmah penulis (almarhum) sangat termotivasi dalam menyelesaikan disertasi ini.

Selain sebagai Menteri Agama RI beliau juga Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta yang banyak mengulas tentang masjid dhirar.

Ulasan beliau sekaligus menjadi rujukan penulis dalam disertasi penulis. Demikian tulisan almarhum pada halaman pendahuluan disertasinya. 

Pada paragraph berikutnya almarhum juga menulis ungkapan kekaguman dan doa terhadap kedua orang tuanya, ayahanda almarhum Yuna Jafar dan ibunda almarhumah Hj. Indo Tang yang karena selama hidupnya telah menghabiskan waktu mengasuh penulis, mengayomi dan mendoakan semoga keduanya bahagia di sisi-Nya.

Tidak ketinggalan ulasan almarhum tentang Istrinya tercinta, Nurlina Anas yang senantiasa tulus, ikhlas, tabah dan sabar mendampinginya baik dalam suka dan duka mengayomi anak-anak tersayang, ananda Zahra Nur Ramadhani, Ziyad Ahmadan Ansory, dan Zaydan Ahmad Syahbani.

Merekalah yang senantiasa memberikan nuangsa kebahagian sakīnah mawaddah dalam keluarga penulis, tulis almarhum.

Tidak lupa pula almarhum menyampaikan apresiasi kepada rekan-rekan kerjanya keluarga besar Kantor Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan.

Kabag Tata Usaha, para Kepala Bidang, para Pembimas dan ketua-ketua tiemnya, para Kakankemenag Kabupaten/Kota, para Kasubag, para Kepala Seksi, para penyelenggara teknis, para staf dan ASN yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu. 

Merekalah yang senantiasa menjadi partner penulis untuk menanam ladang amal jariah, tegasnya.

Terakhir pada parakata disertasinya, almarhum menyebut nama saya, Dr. Kiai Mahmud Suyuti, M.Ag sahabat setia penulis yang terbangun sejak lama dan saat bersamanya penulis selalu merasa nyaman walaupun terkadang ulahnya menjadi beban khusus bagi penulis yang tidak bisa dibahasakan di sini. Demikian kata terakhir beliau dalam tulisannya.

Disertasi almarhum menjadi bagian dari kepergiannya yang terasa cepat, semua kenangan dan jasa terbaik sulit terlupakan darinya, segala tauladan pada kebaikan almarhum selama hidupnya semoga menjadi amal jariahnya dan kelak mendapatkan tempat terindah di sisi-Nya, amin, amin, amin ya Rabbal Alamin.(*)

Posting Komentar untuk "Syarah Hadis Pembangunan Masjid Dhirar Era Kenabian dan Kontemporer"