Foto: Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim ditangkap terkait dugaan sindikat uang palsu di dalam kampus.
Gowa Media Duta, - Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim menjadi salah satu otak sindikat pembuatan dan peredaran uang palsu. Namun polisi menilai Andi Ibrahim belum sepenuhnya terbuka terkait kasus ini.
"Belum sepenuhnya terbuka terkait kasus sindikat uang palsu," ujar Kapolres Gowa AKBP Rheonald T. Simanjuntak saat dihubungi detikSulsel, Kamis (19/12/2024).
Rheonald menjelaskan Andi Ibrahim terkesan menutup-nutupi sejumlah informasi yang ditanyakan oleh penyidik. Tersangka baru memberikan keterangan cukup gamblang jika tim penyidik menemukan bukti terkait informasi yang ditanyakan.
"Masih berusaha menutup-nutupi. Tapi begitu sudah ada saksi lain, bukti lain kami temukan, terbuka," kata Rheonald.
Dia mengatakan Andi Ibrahim terkesan menutup-nutupi saat penyidik mendalami peran dari sejumlah DPO kasus ini. Rheonald pun berharap DPO tersebut bisa segera tertangkap sehingga Andi Ibrahim mau terbuka.
"Jadi kami butuh, apa, yang orang-orang kami DPO-kan, orang-orang yang kami cari ini sekongkolannya, dan kami mau membuat dia cerita segamblang-gamblangnya," katanya.
Diberitakan sebelumnya, uang palsu sebenarnya pertama kali diproduksi oleh tersangka AS dengan beroperasi di Jalan Sunu, Makassar. Andi Ibrahim kemudian tergiur mencetak uang palsu setelah dia berkenalan dengan tersangka AS melalui seorang perantara.
Menurut Rheonald, produksi uang palsu masih menggunakan mesin cetak berukuran kecil. Mesin cetak berukuran raksasa baru digunakan setelah proses produksi uang palsu dipindahkan lokasinya ke dalam gedung Perpustakaan UIN Alauddin, Makassar.
"Atas nama AS, itu di Jalan Sunu, Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka memesan alat yang lebih besar senilai Rp 600 juta mereka beli di Surabaya namun alat itu dipesan dari China," ujar AKBP Rheonald.
Saat tiba di Makassar, mesin cetak itu kemudian dibawa ke dalam kampus UIN Alauddin Makassar. Rheonald mengungkap peran kunci Kepala Perpustakaan Andi Ibrahim dalam proses penyelundupan mesin cetak itu ke dalam kampus.
"Alat itu dimasukkan salah satu tersangka, inisial AI, itu ke dalam salah satu kampus di Gowa, yaitu menggunakan salah satu gedung, yaitu perpustakaan dan itu di malam hari," ujar AKBP Rheonald.
Menurut Rheonald, mesin cetak tersebut memang memiliki ukuran yang besar. Selain itu, mesin cetak itu juga sangat berat.
"Dan itu coba kami rekonstruksikan kemarin, dengan 25 personel Polri mengangkat alat itu tidak mampu, jadi menggunakan forklift alat itu masuknya.
"Belum sepenuhnya terbuka terkait kasus sindikat uang palsu," ujar Kapolres Gowa AKBP Rheonald T. Simanjuntak saat dihubungi detikSulsel, Kamis (19/12/2024).
Rheonald menjelaskan Andi Ibrahim terkesan menutup-nutupi sejumlah informasi yang ditanyakan oleh penyidik. Tersangka baru memberikan keterangan cukup gamblang jika tim penyidik menemukan bukti terkait informasi yang ditanyakan.
"Masih berusaha menutup-nutupi. Tapi begitu sudah ada saksi lain, bukti lain kami temukan, terbuka," kata Rheonald.
Dia mengatakan Andi Ibrahim terkesan menutup-nutupi saat penyidik mendalami peran dari sejumlah DPO kasus ini. Rheonald pun berharap DPO tersebut bisa segera tertangkap sehingga Andi Ibrahim mau terbuka.
"Jadi kami butuh, apa, yang orang-orang kami DPO-kan, orang-orang yang kami cari ini sekongkolannya, dan kami mau membuat dia cerita segamblang-gamblangnya," katanya.
Diberitakan sebelumnya, uang palsu sebenarnya pertama kali diproduksi oleh tersangka AS dengan beroperasi di Jalan Sunu, Makassar. Andi Ibrahim kemudian tergiur mencetak uang palsu setelah dia berkenalan dengan tersangka AS melalui seorang perantara.
Menurut Rheonald, produksi uang palsu masih menggunakan mesin cetak berukuran kecil. Mesin cetak berukuran raksasa baru digunakan setelah proses produksi uang palsu dipindahkan lokasinya ke dalam gedung Perpustakaan UIN Alauddin, Makassar.
"Atas nama AS, itu di Jalan Sunu, Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka memesan alat yang lebih besar senilai Rp 600 juta mereka beli di Surabaya namun alat itu dipesan dari China," ujar AKBP Rheonald.
Saat tiba di Makassar, mesin cetak itu kemudian dibawa ke dalam kampus UIN Alauddin Makassar. Rheonald mengungkap peran kunci Kepala Perpustakaan Andi Ibrahim dalam proses penyelundupan mesin cetak itu ke dalam kampus.
"Alat itu dimasukkan salah satu tersangka, inisial AI, itu ke dalam salah satu kampus di Gowa, yaitu menggunakan salah satu gedung, yaitu perpustakaan dan itu di malam hari," ujar AKBP Rheonald.
Menurut Rheonald, mesin cetak tersebut memang memiliki ukuran yang besar. Selain itu, mesin cetak itu juga sangat berat.
"Dan itu coba kami rekonstruksikan kemarin, dengan 25 personel Polri mengangkat alat itu tidak mampu, jadi menggunakan forklift alat itu masuknya.
Masuk dengan forklift, setelah itu didorong yang ada rodanya, yang tadi rodanya 6 sekarang sisa 4, saking beratnya mesin tersebut. Itulah September 2024, TKP 2 mulai dilaksanakan tindak pidana tersebut," katanya. (hmw/nvl)
Posting Komentar untuk "Doktor Andi Ibrahim Terkesan Masih Ada Sindikat Uang Palsu UIN Makassar Yang Belum Disebut"