Konawe Media Duta,- Sosok Kepala Seksi Pemerintah Kecamatan Baito, Herwan Malengga menjadi sorotan setelah memberikan keterangan berbeda soal insiden pecah kaca mobil dinas Camat Baito.
Sekitar 500 meter dari gerbang rumah jabatan Camat Baito, ia mendengar ada bunyi keras."Seperti ada daun kelapa jatuh ke tanah, begitu bunyinya," kata Herwan dikutip dari Tribun Sultra.
"Karena pernah juga mobilku begitu, tapi pas saya lihat tidak ada burung, baru pecahnya bulat begini," katanya sambil menunjuk ke kaca mobil
Herwan juga menyebut, tak lama kata dia ada seorang warga menunjuk orang tak dikenal (OTK). I a pun sempat mengejar OTK tersebut.Akan tetapi OTK tersebut lari ke arah semak-semak.
"Saya sempat kejar tadi, tapi dia sudah jauh, lari ke arah semak-semak," katanya.
Pernyataan Herwan ini berkebalikan saat konferensi pers bersama Kabid Humas Polda Sultra, Kombes Pol Iis Kristian pada Rabu (30/10/2024).
Herwan Malengga justru menduga pecahnya kaca mobil dinas Camat Baito karena ditabrak burung. Hoerwan juga memastikan tidak mendengar ada suara tembakan.
"Pada saat saya berhenti, saya tidak dengar ada suara tembakan, cuma ada bunyi keras pada bagian kaca dan saya juga tidak melihat ada orang di sekitar saya, mungkin itu hanya suara akibat burung yang menabrak kaca mobil," jelasnya.
Kemudian karena kejadian tersebut, Herwan mengontak Camat Baito saat itu, Sudarsono untuk memberitahu kerusakan pada kaca mobil dinas.
"Itu saja yang saya bisa klarifikasi, kalau saya mohon maaf saya tidak lihat adanya 'penembakan'. Tolong jangan dipercaya kalau ada yang mengatakan itu 'tembakan'," ungkap Herwan.
"Yang jelas, setahu saya itu burung, karena pernah kejadian, menabrak burung. Tembakan, mohon maaf, tidak," imbuh Herwan.
Pernyataan berbeda Herwan ini membuat bingung kuasa hukum Guru Suproyani, Andri Darmawan.
"Saya kaget ada videonya seperti itu, karena jujur waktu kejadian saya ada di rujab (rumah jabatan) Camat Baito. Karena ibu Supriyani kami titipkan di situ," ungkap Andri dikutip dari tayangan Nusantara TV pada Rabu (30/10/2024).
Dikatakan Andri, saat itu banyak orang, termasuk wartawan saat Herwan datang ke rumah dinas.
"Pak Herwan datang sambil baju dinas sudah terbuka. Sambil bercerita secara semangat, bahwa dia sementara jalan, pakai mobil, tiba-tiba dengar suara keras menghantam mobil," ungkap Andri.
Dalam ceritanya, Herman mengaku menghentikan mobil dan melihat ada orang lari ke semak-semak pakai baju putih sambil merunduk.
"Termasuk ada seorang bapak melihat orang tersebut lari. Itu (ceroita) banyak yang mendengar," katanya.
Kalau tiba-tiba Herwan bersilat lidah dengan mengatakan mobil ditabrak burung, Andri pun kaget.
"Tiba-tiba ada pernyataan seperti itu. Saya gak tahu apa yang terjadi dengan pak Herwan," katanya.
Andri yang melihat langsung kondisi mobil mengaku banyak pecahan di kaca dan ada satu titik di tengah yang lebih dalam, namun tidak sampai tembus.
Namun dia tidak mau berspekulasi mengenai penyebab pecah kaca, meski sudah konfirmasi ke Perbakin dan dinyatakan ada kemungkinan tembakan senjata angin.
"Ini dilapor polisi, supaya bisa ditelusuri lebih lanjut," katanya. Andri juga memastikan kejadian tersebut belum pernah ada sebelumnya.
Dan mobil dinas Camat Baito ini pernah dipakai saat Supriyani pulang dari Lapas, serta saat membawanya di sidang pertama berikut pulangnya.
"Sidang kedua, ikut mengawal di belakang," tegasnya. Praktisi hukum yang juga mantan komisioner Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Edwin Partogi menyebut pernyataan Polda Sultra itu terlalu cepat alias prematur.
Menurutnya, seharusnya pihak polisi melakukan scientific crime investigation untuk memastikan penyebab pecah kaca mobil dinas Camat Baito tersebut.
"Gak bisa modal pernyataan. Ada inafis. Apakah itu akibat tembakan peluru, atau batu atau burung. Semua bisa diketahui secara scientifik," katanya.
Dalam scientific crime investigation, kalau mengembangkan dugaan adanya penembakan maka maka bisa dilakukan uji balistik untuk memastikan ada proyektil atau jenis senjata apinya, apakah organik atau senjata angin.
Selagi scientific crime inverstigation itu belum dilakukan, menurut Edwin, polisi belum perlu untuk merilis ke publik.
"Pernyataan (Polda Sultra) tadi terlalu cepat. Seharusnya, Temuannya saja disampaikan.
Jangan menyimpulkan penyebabnya. Temuannya itu seperti kaca mobil pecah di bagian samping, ada keretakan, ada titik pecahnya. Apakah itu benturan batu, peluru atau burung, perlu diinvestigasi secara scientifik," terangnya.
Terkait pernyataan Herwin bahwa mobil ditabrak burung, Edwin justru tertawa.
"Kalau burung, apakah burungnya sengaja mengarah ke mobil camat yang biasa ditumpangi Supriyani," katanya sambil tertawa.
"Maksud saya, yang diterangkan terlalu prematur kalau dia menyimpulkan penyebab dari peristiwa keretakan itu. Seharusnya investigasi dahulu," pungkasnya.
Camat Baito, Sudarsono sebelum dicopot mengakui kabar pecah mobil diterimanya setelah satu jam dia kembali dari mengikuti sidang guru Supriyani.
Saat duduk-duduk di aula, dia ditelepon Herman yang mengabarkan adanya insiden tersebut.
"Katanya mobil ada yang terkena peluru. Saya belum pastikan peluru apa, makanya langsung ke sana, ke TKP," kata SUdarsono sebelum jabatannya dicopoy Bupati Konawe Selatan.
Kapolsek Baito, Ipda Muh Idris mengaku setelah mendapat laporan dugaan penembakan itu, pihaknya langsung ke lokasi kejadian. "Saya dapat informasi, turun ke TKP. Lihat ini semua," katanya.
Kapolsek belum mau membeberkan hasil penyelidikan kasus ini."Untuk semnetara tunggu penyelidikan dari polres. Mobil dibawa ke polsek sambil, menunggu di sana," katanya.Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsSultra.com dengan judul Polda Sulawesi Tenggara Turunkan Tim Laboratorium Forensik Usut Pecah Kaca Mobil Dinas Camat Baito. (*)
Posting Komentar untuk "Orang Yang Tidak Dikenal Dikejar Masuk Semak-Semak"