Istri Aipda WH, Pelapor Supriyani Mengaku Dapat Penolakan Luar Biasa dari PGRI

FN, istri Aipda FN yang menjadi pelapor guru Supriyani mengaku mendapat penolakan luar biasa dari PGRI Kecamatan Baito. 

Konawe- Media Duta,- Inilah sosok FN, istri Aipda WH yang melaporkan guru Supriyani ke Polsek Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. 

Setelah ramai diperbincangkan, FN akhirnya mengungkap adanya keputusan PGRI Kecamatan Baito yang melarang anaknya bersekolah. 

Dalam wawancara di program telusur TVOne, FN awalnya mengungkap kondisi anaknya yang mentalnya terganggu, meski kondisi fisiknya normal.  

"Kalau secara fisik sehat tapi mental cukup terganggu semenjak ada ramai-ramai, kenapa banyak orang, kenapa saya dibawa ke sana dibawa ke sini. Kenapa tidak sekolah," kata FN.

FN sempat membohongi D bahwa saat ini sedang libur.

"Saya sempat sampaikan tanggal merah nak libur, dia buka HP, tidak merah di HP kenapa saya tidak sekolah," katanya.

FN lalu mengungkap adanya surat dari PGRI Kecamatan Baito yang salah satunya bukti keputusannya adalah mengeluarkan anaknya dari sekolah dan melarang sekolah manapun untuk menerimanya. 

"Surat tersebut diberikan ke guru sekolah dan ditembuskan ke Polsek Baito," katanya. 

Isi surat tersebut, pertama, mogok belajar untuk tingkat TK, SD sampai SMP di Kecamatan Baito dimulai tanggal 21 Oktober 2024.

Lalu, siswa yang bermasalah dan menjadi saksi  kasus ini dikembalikan ke orangtua masing-masing/dikeluarkan dan sekolah se-Kecamatan Baito tidak boleh ada yang menerima siswa tersebut. 

Kemudian, PGRI juga meminta agar Guru Supriyani kembalikan  atau di bebaskan ke sekolah.

"Kami merasa ada penolakan luar biasa dari PGRI Kecamatan Baito," ungkapnya. 

FN juga menceritakan awal mula mengetahui adanya luka di tubuh anaknya. 

Diungkapkan, sebenarnya dia sudah curiga dengan gelagat anaknya saat dimandikan. 

Ketika dipegang bagian pahanya, dia mengaku kesakitan. 

Ternyata ada luka di kedua pahanya.

Saat ditanya, sang anak mengaku luka itu akibat terjatuh di sawah bersama ayahnya. 

Awalnya FN tidak mempermasalahkan hal itu karena jatuh bersama ayahnya.

Namun di hari berikutnya justru Aipda WH yang kaget dengan luka anaknya saat dimandikan. 

Aipda WH pun memberitahu FN. 

FN lantas mendesak D bercerita soal asal muasal luka di pahanya.

"Saya desak dia hanya nangis tidak bisa bicara, saya dudukan dia di atas meja di kamar," kata FN.

Di situlah D bercerita telah dipukul guru honorer Supriyani.

"'Mas sayang gak sama ibu ? sayang bu. Mas senang gak kalau lihat ibu sedih ? kalau sayang sama ibu coba ceritakan kenapa luka di paha mas ini kenapa.

Sambil menangis dia sampaikan aku dipukul mamanya A, bu Supri ? iya, kenapa kamu dipukul ? aku ndak selesai menulis. dipukul pakai apa ? pakai sapu," kata FN menirukan percakapannya dengan sang anak.

Aipda WH pun sempa mengkonfirmasi ke beberapa orang.

"Dikonfirmasi ke temannya dia bertahan di satu nama," katanya.

Meski sudah beberapa kali mediasi namun FN dan Aipda WH berkukuh membawa Supriyani ke meja hijau.

Sosok yang Minta Guru Supriyani Minta Maaf

Pengacara guru Supriyani, Andri Darmawan mengaku memiliki rekaman suara sosok yang minta uang damai Rp 50 juta.
Pengacara guru Supriyani, Andri Darmawan mengaku memiliki rekaman suara sosok yang minta uang damai Rp 50 juta. (sultra/istimewa)

Terungkap sosok yang meminta guru Supriyani meminta maaf ke wali muridnya, Aipda WH setelah dilaporkan ke Polsek Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. 

Sosok ini bukan kepala sekolah tempat Guru Supriyani mengajar atau kepala desa Wonua Raya. 

Sosok ini bernama Jefri, penyidik Polsek Baito yang menangani laporan terhadap guru Supriyani.

Kuasa hukum guru Supriyani, Andri Darmawan mengungkapkan, Jefri ini meminta kepala sekolah untuk memerintahkan guru Supriyani datang meminta maaf ke Aipda WH, agar perkara dihentikan. 

Hal itu perlu dilakukan karena sudah akan penetapan tersangka.

"Ini berdasarkan keterangan bu Supriyani dan kepala sekolah di berita acara pemeriksaan," terang Andri dikutip dari tayangan Nusantara TV pada Senin (28/10/2024). 

Dikatakan Andri, dari awal Supriyani tidak pernah mengaku kalau dia melakukan penganiayaan terhadap anak Aipda WH

Namun, karena saat itu diminta menemui Aipda WH, akhirnya Supriyani meminta maaf kalau ada kesalahan. 

 "Bu Supriyani mengakui iya (memukul) sambil menangis. Artinya dia tertekan untuk mau mengakui itu, karena dia harus mengakui sesuatu yang tidak dia lakukan," katanya. 

Andri menegaskan pemukulan itu tidak pernah terjadi. 

Dan dari BAP terungkap, yang menyatakan ada pemukulan itu hanya 2 anak.

"Keterangan anak ini tidak bisa dikategorikan keterangan saksi. Apalagi mereka mengaku dipukul di kelas IA. Padahal di kelas IA itu gurunya bernama ibu Lilis," terangnya. 

Dalam keterangan Lilis di BAP juga mengungkap jika dia mengajar di kelas IA mulai pukul 08.00-10.00 WIB. 

Lilis juga melihat Supriyani datang ke kelasnya untuk memukul anak Aipda WH.

"Jam 10 sudah pulang kelas 1," tegasnya. 

Pernyataan Andri ini berbeda dengan kuasa hukum Aipda WH, Laode Muhram. 

Andri meyakini Supriyani melakukan pemukulan kepada anak Aipda WH pada 24 April 2024 pukul 10.00.  

"Anak ini belajar, tiba-tiba didatangi guru suproyani dan mengalami pemukulan. Keesokan harinya ibunya tanya karena ada bekas pemukulan di paha, dia takut sehingga mengaku jatuh di sawah," katanya. 

Di kesempatan lain, Aipda WH yang memandikan sang bocah melihat ada luka di paha anaknya. 

Akhirnya, bocah ini mengaku dipukul guru Supriyani. 

Dua hari kemudian, diadakan mediasi dengan guru Supriyani, dan sang pendidik bersikukuh tidak memukul anak Aipda WH

"Iibu guru Supriyani tidak mengakui, malah menantang. Coba buktikan kalau saya benar-benar memukul," bebernya. 

Karena ditantang, istri Aipda WH pun melaporkan Supriyani ke Polsek Baito tempat sang suami berdinas. 

Namun, ketika laporan ini ditangani polisi, pada Mei 2024, Supriyani datang bersama kepala sekolaj dan suaminya.

"Dan di situ, kasek menyatakan bahwa guru Supriyani mengakui dan meminta maaf. Orangtua merasa, sudah dilapor baru meminta maaf. Akhirnya belum diambil keputusan," ungkapnya. 

Pada 10 Mei, Supriyani kembali datang bersama kepala desa dan suaminya.

Saat itu suami Supriyani menyodorkan amplop diduga berisi uang.

"Amplop itu tidak dibuka, langsung ditegur ayah korban. Ini apa, kenapa ada begini. Kita ini teman.
Tersinggunglah. Kades menengahi. Ambil amplop itu," ungkapnya.

Masih di bulan Mei, Supriyani datang lagi ke rumah, namun tidak bertemu Aipda WH

Lalu, mereka ke Polsek dan meminta maaf lagi, namun tidak ditanggapi karena kasus dilanjut hingga Supriyani menjadi tersangka. 

Saat ditanya apa alasan Supriyani memukul anak Aipda WH, Laode mengaku orangtua korban tidak menanyakan itu ke anaknya. 

"Tapi ada saksi anak, katanya saat itu kelas dalam situasi ribut. Jadi ibu Supriyani tiba-tiba masuk.
Sampai dia mengeluarkan kata-kata, disuruh menulis, lalu ceriita," tukasnya. (
Musahadah)

Posting Komentar untuk "Istri Aipda WH, Pelapor Supriyani Mengaku Dapat Penolakan Luar Biasa dari PGRI"