Gara-gara Bisnis Pasir Laut, Gelar Profesor Yusril Dipertanyakan

       Ferdinand Hutahaean

Jakarta Media Duta,- Pakar hukum tata negara dan politikus Partai Bulan Bintang (PBB), Prof Yusril Ihza Mahendra, kini jadi sorotan publik.

Itu setelah perusahaannya, PT Gajamina Sakti Nusantara, yang baru didirikan pada Juni 2023, mengajukan izin sebagai calon penambang pasir laut di Indonesia.

Yusril bahkan menyatakan bahwa pasir hasil pengerukan sedimen dapat diekspor jika kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi.

Ia juga menyebut adanya negara yang membutuhkan ekspor pasir laut dari Indonesia.

Menanggapi hal ini, politikus PDIP, Ferdinand Hutahean, menyampaikan kritikannya.

"Yah memang sangat disayangkan yah ketika informasi yang beredar di tengah publik bahwa justru yang mengajukan sebagian izin pengerukan pasir laut itu adalah Prof Yusril Ihza Mahendra," ujar Ferdinand kepada fajar.co.id, Jumat (4/10/2024).

Ferdinand mengungkapkan keprihatinannya terkait keterlibatan Yusril dalam proyek pengerukan pasir laut yang berpotensi merusak lingkungan.

"Ini sangat kita sayangkan bahwa seharusnya juga Yusril paham betul akan kerusakan lingkungan, alam, dan potensi bahaya bencana yang timbul akibat dari pengrusakan pasir laut," ucapnya.

Ferdinand menekankan bahwa Yusril sebagai sosok yang terpelajar dan pakar hukum, seharusnya lebih sadar akan risiko yang dihadapi.

"Saya kaget mengapa seorang Yusril yang bergelar Profesor harusnya paham kondisi dan risiko ini. Tentu harusnya tidak turut serta di dalam bagian pengerusakan alam tersebut," tukasnya.

Ferdinand kemudian menyoroti ketidakkonsistenan antara pengetahuan Yusril sebagai seorang akademisi dan tindakan bisnisnya yang justru dapat menimbulkan kerusakan ekologis.

"Ini menimbulkan ketidakstabilan di bawah laut, pergeseran-pergeseran lapisan laut mungkin saja akan terjadi. Sehingga akan mengakibatkan bencana," cetusnya.

Ferdinand juga menyentil nama-nama yang muncul dalam proyek tersebut, mereka sosok-sosok yang sebelumnya diharapkan bisa mendukung pemerintahan Prabowo Subianto.

Namun, ia merasa bahwa mereka kini malah mengambil langkah yang bisa membawa bangsa ke arah yang salah.

"Ternyata mereka sudah lebih duluan berada di jalur yang akan membawa bangsa kita terjerumus," Ferdinand menuturkan.

Tambahnya, keuntungan finansial yang dihasilkan dari proyek semacam itu tidak sebanding dengan risiko ekologis yang akan dihadapi.

"Bencana ekologis akan terjadi hanya demi cuan yang mungkin menggiurkan bagi mereka. Pergeseran laut atau pinggir pantai Singapura nanti akan terus menjorok keluar dan memperluas daratannya," jelasnya.

Selain itu, ia menyebut dampak dari pengerukan ini bisa menyebabkan perubahan batas perairan, khususnya dengan negara tetangga seperti Singapura, yang dapat memperluas daratannya melalui hasil pengerukan pasir dari Indonesia.

"Tentu saja ini akan berubah dan memengaruhi kepada luas wilayah dan batas perairan laut yang akan menjadi milik Singapura. Kita harus melihat dari UU, hukum lautnya, saya tidak mempelajari jadi saya tidak berani bicara terlalu jauh," kuncinya. (Muhsin/Fajar)

Posting Komentar untuk "Gara-gara Bisnis Pasir Laut, Gelar Profesor Yusril Dipertanyakan"