Mama mertuaku terkejut saat melihat ku turun dari mobil mewah dengan beberapa bodyguard, karena setau dia aku hanya wanita miskin yang bisanya numpang gratisan.
Lihatlah Ma, siapa sebenarnya menantu yang selama ini kau sia-siakan!
#cuplikan_acak
"Mega, kamu itu ngomong sama orang yang lebih tua, bisa gak kalau ngomong disaring dulu?
Waktu aja minimalis, belum juga gaji setiap bulan pasti digunakan untuk keperluan makan semua orang di rumah ini.
Beda banget kan sama kamu, gak kerja dan hanya duduk manis di rumah. Gaji Daniel pun kamu gunakan hampir sepenuhnya untuk merawat diri. Sedangkan aku apa?
Kamu itu harusnya bersyukur, bukan malah merendahkan seperti itu. Toh mau bagaimana pun keadaan Mbak, Mbak ini istrinya Mas Aryo yang sudah melahirkan anaknya."
Mega hanya tersenyum sinis. Tak ada yang mengetahui disini bahwa Amel berasal dari keluarga terpandang.
Hanya saja ia memang selalu berpenampilan sederhana di depan orang-orang, karena Amel bukan wanita yang sombong.
Terlebih, ia juga ingin mengetahui, sejauh manakah ketulusan Aryo dan keluarganya.
Padahal jika dibandingkan, Aryo dan keluarganya tak ada apa-apanya dibanding Amel.
"Aku berpenampilan sederhana begini saja selalu kalian injak-injak. Begitu rendahkan hubungan keluarga di mata kalian?
Hanya karena uang, kalian sampai lupa bagaimana cara menghargai orang. Lantas bagaimana jika mereka mengetahui siapa aku sebenarnya?
Bisa-bisa mereka baik hanya karena ingin memanfaatkan aku saja.
" Batinnya sambil sesekali melirik Mega dan yang lainnya.
Usai makan, Aryo masuk ke kamar untuk bersantai dengan gawainya.
Arum dan Mega masih bersantai di ruang tengah sembari menjaga Tifa yang sedang bermain dengan Aisha. Dengan riang Aisha membawa mangkok berisi air, lalu ia mainkan di depan pintu.
Sementara Amel, ia melanjutkan memotong sayuran untuk stok makan putrinya. Setelah itu lanjut mencuci piring-piring kotor.
Tapi ketika hendak memotong sayuran, betapa kagetnya tiba-tiba ia mendengar tangisan putrinya yang begitu kencang.
Amel mengira tangisan itu wajar layaknya anak kecil, namun semakin lama semakin kencang.
Ia langsung mematikan kompor, setelah itu bergegas ke ruang tengah untuk melihat keadaan putrinya.
"Astaghfirullah, Aisha kenapa sayang? Ada apa, cerita sama Ibun," ucapnya sambil memeluk dan berusaha menenangkan Aisha. Ia masih menangis, seperti sedang menahan sakit.
Miris, tak ada seorang pun yang berusaha menenangkan Aisha, semua terlihat cuek. Bahkan Arum dan Mega pun acuh tak mau tahu, mereka hanya sesekali melirik dengan sinis.
Tampak percikan-percikan air yang menempel di baju Aisha maupun Tifa.
Karena Aisha diam dan tak menjawab, Amel menelisik bagian-bagian badan Aisha, ia membuka baju dan celananya.
Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui lutut dan kepala belakang Aisha terluka hingga mengeluarkan darah segar.
"Ma, Mega. Kenapa Aisha? Kenapa sampe luka-luka kaya gini?
Tanya Amel sembari mengambil air hangat dan peralatan obat seadanya untuk mengobati luka Aisha. Ia takut jika nanti terjadi infeksi.
"Aisha tuh yang salah, main air kok disini, liat! Anak aku kepeleset jadinya Mbak. Aku bales lah numpahin air disitu biar dia kepeleset.
Lagian cuma kepeleset gitu tok kok cengen," ucapnya dengan tatapan mata sinis dan tanpa rasa bersalah.
Mata Amel melirik ke lantai yang masih basah dengan tumpahan-tumpahan air. "Astaghfirullah..." lirih Amel beristighfar.
"Kamu keterlaluan sekali Mega! Dimana otak kamu tega melukai anak kecil seperti ini!" Hardik Amel tak terima melihat putrinya terluka.
Karena suara kericuhan itu cukup kencang, Aryo lantas keluar dari kamar untuk melihat apa yang terjadi.
Disitu jelas, Aisha masih sesenggukan menahan tangis, sedang Tifa hanya diam dengan bibir yang mengerucut.
"Tifa abis nangis ya? Kenapa sayang. Ngomong dong sama Om... Siapa yang nakal?"
"Aish kal, Om." (Aish nakal, Om) jawab Tifa. Ia masih menangis sesenggukan.
"Iya tuh, Mas. Liat Tifa sampe nangis kaya gitu, kepeleset dia gara-gara anak kamu yang nakal ini, mainan sembarangan! Kan jadi jatuh anak akunya." Mega membuat keadaan semakin panas.
"Ya ampun, bener-bener ini anak. Mana ibunya? Mana si Amel." Aryo mulai marah karena mendengar ucapan Mega.
"Tuh, duduk santai berduaan di sofa. Mereka malah enak-enakan santai begitu, minta maaf kek apa kek Mas," ujar Mega dengan memutar kedua bola mata."
Karena terhasud, Aryo langsung menghampiri Aisha dan Amel sambil menggendong Tifa yang kini sedang bergelenjotan manja di lengannya.
Ia ingin menegor Amel, tanpa mau tau titik jelasnya. Padahal disini yang salah itu bukan Aisha, ia hanya bocah kecil yang tak tau apa-apa.
"Heh, Amel. Maksud kamu apaan santai-santai disini, sedangkan Tifa kamu buat nangis seperti ini?
Dimana perasaan kamu sedangkan kamu juga mempunyai anak perempuan?
Apa kamu gak punya perasaan dengan keponakan kamu sendiri? Hah?"
Amel yang tak terima dengan perkataan Aryo, langsung tersungut emosi. Wanita itu langsung bangkit dari sofa dan berdiri dengan mata menajam.
"Maksud kamu apa sih, Mas? Apa kamu gak punya mata? Kenapa kamu malah marahin aku?
Kamu liat dong, anak kamu sendiri nih luka-luka, sampe berdarah juga. Semua ini gara-gara Mega, cuma karena air doang, Aisha anak kecil Mas, dia cuma mainan air, ponakan kamu jatoh.
Harusnya Mega mikir dong, jangan malah bales Aisha dengan cara numpahin air biar dia gantian kepleset. Kalau anak aku kenapa-kenapa gimana?
Lagian kamu ini kenapa selalu nyalahin anak istri sendiri, apa mata kamu udah mulai buta?" Amel tak bisa menahan emosinya lagi.
Judul : Membalas Kezoliman (Mertua Toxic)
Penulis : Pena Ica Ltf
Posting Komentar untuk "Ibu Mertua Terkejut Turun Dari Mobil Mewah Dikawal Bodyguard"