Kisah Anak Nelayan Lolos Jadi Polwan

foto Kiki Wulandari (19) saat memeluk ayahnya Suaib usai mendengar pengumuman lulus Bintara Polri saat sidang terbuka yang dipimpin Karo SDM Polda Sulsel Kombes Pol Aris Haryanto di Hotel Unhas, Makassar. 

Makassar Media Duta,- Kiki Wulandari (19), satu dari ratusan calon siswa Bintara Polri, dinyatakan lulus pada sidang terbuka kelulusan Penerimaan Bintara dan Tamtama Polri Tahun Anggaran 2024, Polda Sulawesi Selatan

Pengumuman dipimpin Kepala Biro Sumber Daya Manusia (Karo SDM) Polda Sulsel, Kombes Pol Asri Haryanto itu, berlangsung di Hotel Unhas, Makassar, Sabtu (6/7/2024).

Putri nelayan pasangan Suaib (48) dan Asmara (40) ini, tak kuasa menahan haru saat namanya disebutkan dalam sidang kelulusan.

Ia bergegas keluar ruang pengumuman begitu mendengar namanya telah disebutkan dalam daftar 494 calon siswa yang lulus.

Dengan mata yang sembab, Kiki sapaannya, berlari memeluk sang ayah yang menunggu di ujung tangga lobi.

"Alhamdulillah pak, luluska," ucap Kiki terisak memeluk ayahnya yang seharian menunggu pengumuman." Alhamdulillah nak," sahut sang ayah, Suaib sambil mengusap air mata.

Suaib yang saban hari mencari ikan di laut, tak menyangka putrinya lulus dan selangkah lagi menjadi abdi negara di Korps Bhayangkara.Sebab menjadi seorang nelayan, tidaklah mempunyai penghasilan tetap.

"Kadang sehari dapat ikan, kadang juga nihil karena tergantung cuaca dan ombak. Kalau dapat, biasanya Rp100 ribu, kalau agak bagus rejeki kadang sampai Rp300 ribu," ujarnya, Rabu (10/7/2024) malam.

Lebih lanjut, Suaib menjelaskan, dirinya berada di Kota Makassar sudah sebulan lebih.Ia sengaja turut menginjakkan kaki di ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan untuk mendampingi anak sulungnya mendaftar sebagai calon Polwan.

Untuk menuju Kota Makassar, Suaib dan putrinya Kiki, harus beberapa kali menyeberang pulau.

Pasalnya, lokasi rumahnya berada di Pulau Pasitallu, Dusun Kalumbe, Desa Tambuna, Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar.

Pulau Pasitallu, terletak di antara Pulau Selayar Sulawesi Selatan dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pasitallu merupakan salah satu pulau di gugusan Takanabonerate dari tujuh pulau berpenghuni dan 10 pulau tak berpenghuni.

Mayoritas warganya menyambung hidup dengan menjadi nelayan.

Hasil tangkapan ikannya, kadang dijemput kapal pedagang ikan dari Sinjai, bahkan ada yang dijual langsung ke NTT.

Untuk menuju ibu kota Kecamatan Takabonerate saja, Suaib dan Kiki harus menempuh perjalanan laut selama empat jam.

Itu pun harus menumpangi kapal barang yang dalam sebulan, hanya dua kali menyeberang.

Setelah tiba di ibu kota Kecamatan Takabonerate, Suaib dan putrinya kemudian melanjutkan perjalanan laut selama 14 jam.

"Paling cepat itu 14 jam kalau pakai kapal kayu, itu pun kapal barang yang dua kali satu bulan menyeberang," ujarnya.

Pulau yang dituju selanjutnya yaitu Dermaga Benteng, ibu kota Kabupaten Kepulauan Selayar.Setelah itu, menyebrrang ke Pelabuhan Bira Bulukumba dengan kapal fery.

Dari Bira Bulukumba, keduanya pun melanjutkan perjalanan darat ke Kota Makassar, menumpangi mobil sewa dengan waktu tempuh lima hingga enam jam perjalanan.

Akses transportasi yang sulit memaksa Kiki merantau di Kota Selayar saat memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA).

Selama tiga tahun belajar di SMAN 1 Selayar di Ibu Kota Kabupaten Selayar, putri sulung dua bersaudara ini menumpang di rumah keluarganya.

Selama melanjutkan pendidikan di bangku SMA, Kiki terhitung hanya tiga kali pulang ke rumah orangtuanya di Pulau Pasitallu.Hal itu karena jarak yang cukup jauh dan juga kendala transportasi.

"Kenapa saya dampingi mendaftar, karena saya ingin selalu kasih semangat ke dia (Kiki) bahwa kau harus buktikan orang pulau juga bisa," ujar Suaib.

Dirinya pun berharap agar apa yang dicita-citakan Kiki sejak kecil dimudahkan saat menjalani proses pendidikan nantinya selama lima bulan.

"Semoga semuanya dilancarkan nanti saat pendidikan dan anakku dapat meraih cita-citanya menjadi polwan," ucap ayah dua orang anak ini.

Karo SDM Polda Sulsel, Kombes Pol Aris Haryanto menjelaskan, rekrutmen Polri Tahun ini, memang membuka jalur bagi muda-mudi asli putra daerah.

"Jadi untuk jalur seleksi penerimaan terpadu, terutama di Bintara. Ada memang Keputusan yang mengatur terkait dengan afirmatif action," ujar Kombes Aris.

"Jadi masing-masing Polda mendapatkan kesempatan untuk warganya yang ada di Polda untuk bisa menjadi polisi di daerah-daerah tertentu," sambungnya.

Khusus di Sulawesi Selatan, Kapolda Sulsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi, kata Kombes Aris, memberikan afirmatif action untuk muda-mudi dari pulau-pulau terluar berpenghuni dan daerah pedalaman atau terpencil.

"Kalau di Sulsel ini, pak kapolda memberikan afirmatif action di daerah terluar yaitu Pulau Pulau dan ada beberapa daerah terpencil. Salah satunya itu Pulau Pasitallu dekat dengan NTT," tuturnya.

Dengan adanya Afirmatif Action tersebut lanjut Aris, membuka peluang generasi putra-putri yang ada di pelosok untuk berkarier di Polri.

"Afirmatif action bisa memberikan kesempatan dan keadilan kepada masyarakat yang ingin menjadi anggota Polri dengan fasilitas yang terbatas," terang Aris. 

"Sehingga, pak kapolda secara khusus memberikan hal ini. Beliau juga telah berkunjung secara khusus ke Pulau Selayar untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sana," tuturnya.(*)

Posting Komentar untuk "Kisah Anak Nelayan Lolos Jadi Polwan"