Pedagang Sapi Kurban Bone Sulsel Panen

Potret sapi kurban milik Presiden  Republik Indonesia Joko Widodo.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Bone, Andi Musafir mengatakan, jumlah tersebut mengalami peningkatan hingga 10 persen dibandingkan tahun 2023.

"Kita siapkan itu, dari jumlah tahun lalu naik 10 persen. Sudah termasuk dengan hewan kurban yang dikirim keluar Kabupaten Bone seperti Makassar dan Kalimantan,"ujarnya.

Dia mengungkapkan, semua stok hewan kurban yang disiapkan telah melewati tahap pemeriksaan kesehatan. Dia dan memastikan kondisi kesehatan hewan kurban terjamin dan layak. 

"Semuanya sudah diperiksa kesehatannya, baik yang hewan kurban untuk wilayah Bone, maupun yang dikirim keluar daerah,"  tegasnya.

Saat ini, sebanyak 150 tim kesehatan hewan disiapkan untuk 27 Kecamatan di Bone.

"Terdiri dari petugas kesehatan hewan, peternakan, dan 9 dokter hewan," ujarnya.

Hal itu untuk memastikan, sapi kurban asal Bone aman dan tidak mengidap penyakit seperti  PMK, dan Jembrana.

"Kalau di Bone itu sudah tidak ada penyebaran penyakit, tetapi tetap kita antisipasi lewat petugas kesehatan," ujarnya.

Dari sisi distribusi, kata dia  lebih gampang karena sudah melakukan pengecekan darah.  Begitupun untuk sapi yang diambil atau dibeli dari kabupaten lain.

"Kami selalu mengambil peternak dari lokal, malah kami juga selalu mensuplai ke luar. Itu yang jumlah sapi 15.449 ekor itu untuk kebutuhan di Bone, Makassar dan Kalimantan," ujarnya.

Bahkan dikatakan hampir semua kota di Kalimantan membeli sapi di Bone.

"Di Kalimantan itu, hanya satu kota yang tidak ambil sapi di Bone yakni Pontianak," ujarnya.

"Karena kan mereka lebih dekat dari pulau Jawa, jadi mereka ambil di sana" ujarnya.

Sementara untuk populasi sapi di Kabupaten Bone berdasarkan sensus Dinas Peternakan sebanyak 332 ribu.

"Makanya kalau peternakan di Bone bermasalah, berarti peternakan di Sulsel juga ikut bermasalah, karena 50 persen populasi ternak di Sulsel itu ada di Bone,"  jelasnya.

Pedagang Hewan Kurban Bone Sulsel Panen

Pedagang hewan kurban tengah panen menjelang Idul Adha 2024.

Di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) salah satu daerah yang banyak menjajakan hewan kurban tahu ini.

Salah satunya di Desa Usa, Kecamatan Palakka.

Potret sapi milik Andi Arman pedagang hewan kurban di Desa Usa, Kecamatan Palakka, Kabupaten Bone, Sulsel, Sabtu (8/6/2024).  Ia mematok harga sapi mulai Rp 17 juta hingg Rp 54 juta.  (kolase Tribun Timur.

Andi Arman salah satu pedagang mengaku permintaan sapi kurban tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun 2023. 

Dua pekan menuju lebaran Idul Adha, tercatat sudah 200 ekor sapi dagangannya laku terjual. 

"Alhamdulillah sudah laku 200 ekor sapi," kata Andi Arman  pada tribun-timur.com, Sabtu (8/6/2024).

Untuk keuntungan bersih Andi Arman belum tahu pasti. Hanya saja ia menyebut keuntungan kotornya sekira Rp2,4 miliar. 

Sebagai pedagang hewan kurban di Bone, ia mengaku banyak mengeluarkan biaya. Misalnya pengurusan berkas termasuk cek kesehatan sapi.

"Banyak didapat, banyak juga pengeluaran," katanya. 

Tak tanggung-tanggung, demi memastikan sapi-sapinya sehat, ia rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. 

"Periksa itu 3 kali sebulan. Dikasih juga vitamin," ungkapnya. 

Andi Arman mengeluhkan biaya cek kesehatan sapi maupun pengurusan surat-surat cukup mahal di Kabupaten Bone. 

"Kan saya ini pedagang lintas kota dan provinsi untuk di Bone sendiri pemeriksaan kesehatannya cukup rumit, karena semuanya alatnya kita yang beli dan fasilitasi" ujarnya. 

"Tidak kayak di Maros cukup bayar Rp500 ribu mereka yang sediakan semua. Di sini ribet untuk satu mobil sapi jenis Bali itu kalau pemeriksaan saya harus membayar Rp13 juta," bebernya. 

Ke depannya jika pemeriksaan sapi dipersulit dan mahal, ia bersama pedagang hewan kurban tidak mau jualan. 

Bahkan ia mengaku jika pemeriksaan sapi masih terus dipersulit ia bersama dengan peternak lain tidak akan menjual sapi di Bone. 

"Tidak adami itu menikah kalau mogokki (mogok) penjual sapi, kah selalu dipersulit. Kami ini sudah korban tenaga, dan uang jadi janganlah dipersulit," tandasnya. 

Sapi Bali Paling Laris di Lapak Andi Arman

Andi Arman menyebut, paling banyak dicari atau laris yakni jenis Sapi Bali.

Ada juga limosin, jumbo, dan simental. 

"Cuma di sini masih terbatas jumlahnya karena sapi sapi ini butuh perawatan khusus utamanya pada pakan," terangnya.

Untuk harga, Andi Amran mematok mulai Rp 17 juta hingga Rp 54 juta. 

"Tergantung jenis dan bobot sapi," katanya. 

Selain itu, mayoritas pembeli sapi berasal dari Kabupaten Bone, Maros hingga Kalimantan. 

Pedagang hewan kurban lainnya, ialah Herman asal Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone. 

Harga sapi yang dijual Herman dibanderil Rp15 juta sampai Rp 25 juta. 

"Satu jenis sapi saja yang saya jual, sapi lokal. Kalau untuk harganya itu mengalami kenaikan satu hingga dua juta per ekornya" ujarnya. 

Ia mengungkapkan kenaikan harga sapi kurban mengikuti pasar. 

"Setiap tahun memang mengalami kenaikan. Untuk pembelinya itu lintas kecamatan yang ada di Bone. Tapi mayoritas pembelinya dari Desa Unra dan Kecamatan Barebbo," kata Herman.

"Kalau untuk keuntungan bersihnya itu sedikitji sekitar RpRp3,5 jutaan lah karena kan saya suruh juga orang untuk uruskanka, jadi sistemnya itu bagi hasil," katanya.

Salah satu pembeli sapi kurban di lapak Andi Arman, Seke mengaku setiap tahun beli hewan kurban milik Andi Arman. 

"Tiap tahun pesan sapi di sana, meskipun harganya juga setiap tahun naik, tapi kualitas peternakannya juga bersih sapinya sangat terawat dengan baik makanya sudah langganan," terangnya. (*) 

Posting Komentar untuk "Pedagang Sapi Kurban Bone Sulsel Panen"