Siswi SMA Wira Bhakti 30 Orang Kabur Ternyata Minta HP Dilegalkan

Foto: Kepala SMA Terpadu (SMAT) Wira Bhakti Gorontalo Marwan Potale. (Apris Nawu)

Bone Bolango Media Duta,- Kepala SMA Terpadu (SMAT) Wira Bhakti Gorontalo Marwan Potale mengungkap 30 siswi kabur dari asrama sekolah ternyata karena memprotes aturan sekolah yang dinilai terlalu ketat. Dia menyebut para siswi ingin penggunaan handphone (HP) dan laptop dilegalkan hingga pola asuh dihilangkan.

Puluhan siswi SMAT Wira Bhakti Gorontalo meninggalkan asrama sekolah di Jalan Nani Wartabone, Desa Bubeya, Kecamatan Suwawa, Bone Bolango pada Jumat (10/5) sekitar pukul 02.00 Wita. Mereka keluar dari asrama dengan memanjat pagar.

"Iya (30 siswi kabur), karena aturan sekolah," ujar Marwan Potale kepada detikcom, Rabu (15/5/2024).

Marwan awalnya mengatakan para siswi tersebut telah dimintai keterangan terkait aksinya meninggalkan asrama. Dari hasil pemeriksaan terungkap bahwa para siswi tersebut menuntut agar aturan sekolah diubah.

"Ada lima tuntutan yang mereka sampaikan untuk diperbaharui aturan sekolah, dihilangkan pola pengasuhan, melegalkan penggunaan HP dan laptop, izin berobat tidak berbelit-belit," ungkapnya.

Dia menuturkan para siswi tersebut berharap langsung ditemui dan dijemput pihak sekolah saat kabur dari asrama. Saat itu, mereka ingin menyampaikan secara langsung terkait keluhan dan tuntutannya.

"Mereka lari, berharap sekolah yang langsung menjemput bukan orang tua sehingga mereka langsung mengajukan tuntutan itu ke sekolah, namun harapan berubah setelah kejadian," bebernya.

 Protes Aturan Ketat, Bukan gegara Bully
Marwan turut merespons terkait tuntutan siswinya tersebut. Dia menegaskan aturan sekolah tidak bisa langsung diubah karena harus ada pembahasan antara pihak yayasan, sekolah dan orang tua siswa secara keseluruhan.

"Hal ini harus dibahas dengan semua warga sekolah dan Yayasan, tidak bisa diambil keputusan sepihak karena tuntutan, karena harus menyesuaikan hasil analisis dan dampak jika aturan itu dilakukan perubahan," tegasnya.

Siswi Kabur Bukan gegara Di-bully Senior
Marwan pun menegaskan bahwa para siswi tersebut kabur dari asrama bukan karena di-bully atau tidak tahan dihukum seniornya. Di sisi lain, dia mengungkap bahwa di asrama tersebut memang menerapkan pola asuh.

"Dari hasil data yang kami dapatkan itu walaupun ini data mentah, tidak ada pemukulan yang dilakukan atau perundungan (bully) ke anak (siswi) itu yang lari yang dilakukan oleh seniornya," tegasnya.

"Tidak ada satu orang pun anak-anak (siswi) yang diperiksa itu ada kekerasan babak belur, jatuh di tangga tidak ada setelah diperiksa. Kejadian ini kita tidak bisa kategorikan apa dia bullying atau perundungan," sambungnya.

Orang tua salah satu siswi yang kabur bernama Shera (41) awalnya mengatakan anaknya dan siswi baru lainnya kabur dari Asrama karena di-bully seniornya. Dia bahkan menyebut para siswi tersebut kerap diperintah seniornya.

"Di-bully dengan kata-kata (tidak bagus) disuruh duduk sinden berjam-jam, mukenanya diikat-ikat, disuruh senior-seniornya untuk setrika baju (seniornya), uang jajan mereka sering dipakai oleh seniornya," ujar Shera (41) kepada wartawan, Jumat (10/5).

Selain itu, Shera menuturkan anaknya dan teman satu angkatannya dihukum secara bersama-sama oleh seniornya jika ada satu orang berbuat salah. Dia juga menyebut para siswi baru itu diberi waktu saat turun dari tangga asrama.

"Kalau ada yang salah satu orang semuanya kena hukuman, diberi waktu turun dari tangga sampai mereka buru-buru jatuh (dari tangga)," katanya.
(hsr/asm)

Posting Komentar untuk "Siswi SMA Wira Bhakti 30 Orang Kabur Ternyata Minta HP Dilegalkan"