Foto: Pemkab Kabupaten Jeneponto
Makassar Media Duta, - Milad Kabupaten Jeneponto dirayakan pada 1 Mei setiap tahunnya. Tahun 2024 ini merupakan perayaan Hari Jadi Kabupaten Jeneponto yang ke-161.
Jeneponto merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Dilansir dari laman resmi Provinsi Sulsel, Jeneponto populer sebagai sentra produksi garam nasional di Indonesia.
Untuk lebih mengenal daerah ini, berikut profil dan sejarah Kabupaten Jeneponto. Simak, yuk!
Profil Kabupaten Jeneponto
Melansir laman resmi Kabupaten Jeneponto, ibu kota wilayah ini yaitu Bontosunggu. Jeneponto memiliki luas wilayah sebesar 749,79 km2. Dengan luas wilayah itu, Jeneponto menampung sebanyak 359.787 jiwa di tahun 2017.
Sementara, dari data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Jeneponto mengalami peningkatan mulai 2018-2020. Di tahun 2020 sendiri jumlah penduduk Jeneponto sudah mencapai 401610,00 jiwa.
Secara geografis, Kabupaten Jeneponto terletak di 5°23'- 5°42' Lintang Selatan dan 119°29' - 119°56' Bujur Timur. Kabupaten ini bejarak sekitar 91 Km dari Kota Makassar.
Wilayah Jeneponto berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar di sebelah utara. Di sebelah selatan berbatasan dengan Laut Flores dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Takalar. Sementara, di sebelah timur Jeneponto berbatasan dengan kabupaten Bantaeng.
Menukil kembali laman Provinsi Sulsel, Jeneponto memiliki sebanyak 11 kecamatan. Di antaranya Kecamatan bangkala, Batang, kelara, Binamu, Tamalatea, Bontoramba, Rumbia, Turatea, Tarowang, Arungkeke, dan Bangkala Barat.
Potensi Kabupaten Jeneponto
Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam besar di Sulsel. Wilayah ini dikenal sebagai penghasil nener dan benur ikan bandeng.
Selain itu, wilayah pesisirnya merupakan sentra produksi garam satu-satunya di pulau Sulawesi. Produksi garamnya tidak hanya mencukupi kebutuhan di Sulsel saja melainkan seluruh kawasan timur Indonesia.
Garam yang dihasilkan dari wilayah jeneponto banyak diminati pelaku bisnis luar Sulsel sebab proses pembuatannya yang masih tradisional. Garam tersebut nantinya akan diolah lagi menjadi garam konsumsi dan industri.
Kabupaten Jeneponto juga memiliki potensi pohon lontar (siwalan) yang tersebar di semua kecamatan. Potensi itu sangat memungkinkan bagi kabupaten ini untuk mengembangkan industri gula merah.
Kuliner dan Pariwisata di Jeneponto
Kuliner khas yang berasal dari Jeneponto yakni coto kuda. Makanan coto khas wilayah ini memiliki bahan dasar utama yaitu daging kuda.
Dulunya, makanan ini hanya disajikan untuk para Karaeng (raja) atau keluarga bangsawan saja. Namun, saat ini coto kuda bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Coto kuda ini senantiasa dihadirkan dalam acara-acara keluarga atau pesta di Jeneponto. Sebab, menyajikan coto kuda sudah menjadi kebiasaan dan tradisi masyarakat setempat.
Kabupaten Jeneponto ini juga memiliki potensi dari pariwisatanya. Berikut daftar pariwisatanya yang dikutip dari laman resmi Kabupaten Jeneponto:
Masih melansir laman resmi Kabupaten Jeneponto, pembentukan wilayah ini dimulai pada tahun 1863. Pada masa itu bentuk pemerintahan di Jeneponto masih berupa kerajaan, yakni kerajaan Binamu yang dipimpin oleh Karaeng Binamu.
Kala itu Kabupaten Jeneponto mengalami masa-masa sulit melawan penjajahan Belanda. Untuk melakukan perlawanan kepada penjajah, Karaeng Binamu pun memilih mundur dari tahtanya.
Setelah berhasil melawan penjajahan Belanda, Karaeng Binamu diangkat kembali menjadi raja. Pada 1 Mei 1863, Karaeng Binamu diangkat secara demokratis sebagai representatif masyarakat Turatea (sebutan untuk rakyat Jeneponto).
Kemudian, pada 1 Mei 1959 dikeluarkanlah Undang-undang No.29 Tahun 1959 yang menetapkan Jeneponto sebagai Daerah Tingkat II di Sulsel. Dengan begitu, pakar, pemerhati sejarah, peneliti, hingga tokoh masyarakat Jeneponto memutuskan Hari Lahir Jeneponto jatuh pada 1 Mei 1863.
Tema dan Logo Milad Jeneponto Ke-161
Tema yang diusung Pemerintah Kabupaten Jeneponto untuk memeriahkan hari jadinya yang ke-161 tahun yaitu "Sinergi, Berkinerja, Akseleratif, Potensi Strategis dan Unsur Kearifan Lokal".
Selain itu, Pemkab Jeneponto juga merilis logo HUT yang berlambang kuda dan kincir angin. Keduanya merupakan ikon yang menjadi ciri khas Jeneponto.
Logo HUT Jeneponto ke-161 Foto: Pemkab Kabupaten Jeneponto
Adapun logo tersebut merupakan karya pemenang kompetisi sayembara logo di Jeneponto. Karya tersebut pun dijadikan logo resmi Hari Jadi Kabupaten Jeneponto yang ke-161.
Demikianlah profil dan sejarah Kabupaten Jeneponto yang milad hari ini. Semoga menambah wawasan ya,detikers!
(urw/urw)
Jeneponto merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Dilansir dari laman resmi Provinsi Sulsel, Jeneponto populer sebagai sentra produksi garam nasional di Indonesia.
Untuk lebih mengenal daerah ini, berikut profil dan sejarah Kabupaten Jeneponto. Simak, yuk!
Profil Kabupaten Jeneponto
Melansir laman resmi Kabupaten Jeneponto, ibu kota wilayah ini yaitu Bontosunggu. Jeneponto memiliki luas wilayah sebesar 749,79 km2. Dengan luas wilayah itu, Jeneponto menampung sebanyak 359.787 jiwa di tahun 2017.
Sementara, dari data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Jeneponto mengalami peningkatan mulai 2018-2020. Di tahun 2020 sendiri jumlah penduduk Jeneponto sudah mencapai 401610,00 jiwa.
Secara geografis, Kabupaten Jeneponto terletak di 5°23'- 5°42' Lintang Selatan dan 119°29' - 119°56' Bujur Timur. Kabupaten ini bejarak sekitar 91 Km dari Kota Makassar.
Wilayah Jeneponto berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar di sebelah utara. Di sebelah selatan berbatasan dengan Laut Flores dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Takalar. Sementara, di sebelah timur Jeneponto berbatasan dengan kabupaten Bantaeng.
Menukil kembali laman Provinsi Sulsel, Jeneponto memiliki sebanyak 11 kecamatan. Di antaranya Kecamatan bangkala, Batang, kelara, Binamu, Tamalatea, Bontoramba, Rumbia, Turatea, Tarowang, Arungkeke, dan Bangkala Barat.
Potensi Kabupaten Jeneponto
Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam besar di Sulsel. Wilayah ini dikenal sebagai penghasil nener dan benur ikan bandeng.
Selain itu, wilayah pesisirnya merupakan sentra produksi garam satu-satunya di pulau Sulawesi. Produksi garamnya tidak hanya mencukupi kebutuhan di Sulsel saja melainkan seluruh kawasan timur Indonesia.
Garam yang dihasilkan dari wilayah jeneponto banyak diminati pelaku bisnis luar Sulsel sebab proses pembuatannya yang masih tradisional. Garam tersebut nantinya akan diolah lagi menjadi garam konsumsi dan industri.
Kabupaten Jeneponto juga memiliki potensi pohon lontar (siwalan) yang tersebar di semua kecamatan. Potensi itu sangat memungkinkan bagi kabupaten ini untuk mengembangkan industri gula merah.
Kuliner dan Pariwisata di Jeneponto
Kuliner khas yang berasal dari Jeneponto yakni coto kuda. Makanan coto khas wilayah ini memiliki bahan dasar utama yaitu daging kuda.
Dulunya, makanan ini hanya disajikan untuk para Karaeng (raja) atau keluarga bangsawan saja. Namun, saat ini coto kuda bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Coto kuda ini senantiasa dihadirkan dalam acara-acara keluarga atau pesta di Jeneponto. Sebab, menyajikan coto kuda sudah menjadi kebiasaan dan tradisi masyarakat setempat.
Kabupaten Jeneponto ini juga memiliki potensi dari pariwisatanya. Berikut daftar pariwisatanya yang dikutip dari laman resmi Kabupaten Jeneponto:
Masih melansir laman resmi Kabupaten Jeneponto, pembentukan wilayah ini dimulai pada tahun 1863. Pada masa itu bentuk pemerintahan di Jeneponto masih berupa kerajaan, yakni kerajaan Binamu yang dipimpin oleh Karaeng Binamu.
Kala itu Kabupaten Jeneponto mengalami masa-masa sulit melawan penjajahan Belanda. Untuk melakukan perlawanan kepada penjajah, Karaeng Binamu pun memilih mundur dari tahtanya.
Setelah berhasil melawan penjajahan Belanda, Karaeng Binamu diangkat kembali menjadi raja. Pada 1 Mei 1863, Karaeng Binamu diangkat secara demokratis sebagai representatif masyarakat Turatea (sebutan untuk rakyat Jeneponto).
Kemudian, pada 1 Mei 1959 dikeluarkanlah Undang-undang No.29 Tahun 1959 yang menetapkan Jeneponto sebagai Daerah Tingkat II di Sulsel. Dengan begitu, pakar, pemerhati sejarah, peneliti, hingga tokoh masyarakat Jeneponto memutuskan Hari Lahir Jeneponto jatuh pada 1 Mei 1863.
Tema dan Logo Milad Jeneponto Ke-161
Tema yang diusung Pemerintah Kabupaten Jeneponto untuk memeriahkan hari jadinya yang ke-161 tahun yaitu "Sinergi, Berkinerja, Akseleratif, Potensi Strategis dan Unsur Kearifan Lokal".
Selain itu, Pemkab Jeneponto juga merilis logo HUT yang berlambang kuda dan kincir angin. Keduanya merupakan ikon yang menjadi ciri khas Jeneponto.
Logo HUT Jeneponto ke-161 Foto: Pemkab Kabupaten Jeneponto
Adapun logo tersebut merupakan karya pemenang kompetisi sayembara logo di Jeneponto. Karya tersebut pun dijadikan logo resmi Hari Jadi Kabupaten Jeneponto yang ke-161.
Demikianlah profil dan sejarah Kabupaten Jeneponto yang milad hari ini. Semoga menambah wawasan ya,detikers!
(urw/urw)
Posting Komentar untuk "Profil Dan Sejarah Kabupaten Jeneponto Yang Milad Hari Ini"