Direktur Profetik Institute Asratillah
Makassar Media Duta,- Direktur Profetik Institute Asratillah angkat bicara soal rumor yang belakangan ini berkembang bahwa rotasi Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel beberapa waktu lalu memiliki kaitan dengan konteks politik jelang pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) November 2024 mendatang.

Menurut Direktur Profetik Institute ini walaupun saat ini pihaknya belum punya bukti empirik kuat untuk memvalidasi keterkaitan tersebut.

“Saya pribadi tetap memandang bahwa rotasi pejabat Gubernur merupakan bagian dari proses pembinaan yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri,” ujar Asratillah.

Saat dikonfirmasi awak media Sabtu petang (18/5) dengan pergeseran Pj Gubernur Sulsel ke Sulawesi Barat beredar isu bakal adanya upaya by setting Paslon tunggal berhadapan ‘Kotak Kosong’ di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel mendatang. Dirinya menilai skenario kotak kosong itu tidak akan mendewasakan demokrasi di Sulsel.

“Bagi saya, skenario kotak kosong tidak akan mendewasakan demokrasi di Sulsel,” imbuh Direktur Profetik Institute.

“Kenapa demikian? Pertama, itu indikasi bahwa Sulsel defisit kepemimpinan, dan juga signal bahwa partai-partai politik kita gagal dalam melakukan kaderisasi kepemimpinan politik di tingkat Sulsel,” pungkas Asratillah.

“Kedua, kotak kosong juga indikasi kuat bahwa, proses Pilkada kita pekat dengan gadai-menggadaikan rekomendasi parpol. Artinya partai tidak mementingkan visi kandidat, tapi lebih mementingkan kekuatan finansial,” katanya.

Direktur Profetik Institute melihat Pilgub Sulsel berpotensi akan diikuti 2 hingga 3 pasangan calon (Paslon) pada Pilkada serentak 27 November 2024 mendatang.

“Saya secara pribadi, dengan melihat perkembangan yang ada, pilgub Sulsel berpotensi akan diikuti 2 hingga 3 pasang kandidat,” imbuh Direktur Profetik Institute.

“Tapi intinya agar kontestasi pilgub nanti bisa berkontribusi positif terhadap masa depan demokrasi dan kesejahteraan Sulsel, rakyat Sulsel mesti punya banyak pilihan,” harap Asratillah. (LN)