Memang Sulit Meyakinkan Lalat, Bunga Lebih Baik Dari Sampah


Pidato Lalat di Negara Sampah

Lalat Melawan ! 

"Memang sulit meyakinkan lalat  bahwa bunga lebih baik dari sampah".

Kalimat mengejek dirinya kembali terdengar. Dipakai sebagai penutup pidato seorang tokoh. 

Setiap ia mendengarnya, serasa sayap ingin bercerai dari tubuhnya. Benar-benar melukai perasaan. Selama ini lalat hanya memilih diam,  ikhlas dan  mengetahui kalimat itu semakin hari semakin menggila. Liar ke mana saja sesuka pembicara. 

Tapi kali ini lalat sudah tak kuat. Diam baginya adalah kematian. Dan ia tak mau mati penasaran. Sudah waktunya memberikan perlawanan dengan jalan bicara sebagai jawaban. 

Lalat dengan tubuh baunya akhirnya bersiap. Ia terbang lalu mengambil alih  panggung. Ia berdiri. Dadanya membusung. Kepalanya tegak. Ia mulai berbicara.  

"Terlebih dahulu saya meminta maaf atas kelancangan ini. Tapi izinkan saya bicara. Hanya sebentar. Sebentar saja. 

Saudara-saudara sekalian... 

Apa yang selama ini kalian teriakkan memang benar adanya. Saudara-saudara  akan sulit dan mustahil bisa meyakinkan saya sebagai lalat bahwa bunga lebih baik dan lebih indah dari sampah. 

Saya sangat mencintai sampah, memang benar. Sungguh. Benar sekali. Itulah wujud keikhlasan. Saya lapang dada atas  apa yang sudah ditakdirkan  tuhan untuk saya jalani sebagai seekor lalat yang bau dan menjijikkan.  

Saya tidak pernah memandang sampah itu seolah-olah bunga. Apalagi berani bermimpi suatu hari nanti sampah akan menjadi bunga. 

Pandangan saya sampai kapan pun tidak akan berubah. Sampah di mata saya adalah sampah, tempat terindah mencari berkah dari-NYA. 

Saya tidak pernah berusaha hinggap di bunga hanya untuk mengubah penilaian, berusaha menutupi diri saya yang  jorok dan menjijikkan. Saya tak pernah melakukannya, saudara-saudara," tegas lalat. 

Lalat semakin berapi-api. Ia membatin. Sudah waktunya melawan. 

Ia pun berbicara kembali. 

"Saya justru iba pada kalian. Menghabiskan hidup jatuh bangun menyuguhkan banyak drama-drama bunga dalam kehidupan.

  Selalu bertopeng dengan bunga.  Menebar warna dan wangi untuk selalu disukai. Mengorbankan  jati dan harga diri demi mendapatkan apa yang diingini.

Saudara sekalian yang saya hormati. Saudara harus tahu, mata saya normal. Tidak akan buta. Tahu mana sampah mana bunga. 

Sekali lagi saya iba karena ini. Anda tidak lagi bisa membedakan mana asli mana palsu. Bunga asli, kepribadianmu yang sesungguhnya malah kamu buang ke tempat sampah.

 Menggantinya dengan bunga palsu demi berburu sesuatu. Dan tanpa sadar, kelakuanmu justru itulah  sampah yang sebenarnya. Sebenar benarnya sampah yang mewujud ke dalam bunga. 

Saudaraku sekalian. 

Saya dan anda akan mati. Sama-sama akan berakhir  serupa sampah. Kita akan bau dan menjijikkan. Lalu mengapa selalu membenci sampah, menjadikan saya kambing hitam demi merangkai  bunga-bunga palsumu di kehidupan. 

Maafkan saya atas pembelaan ini. Selamanya saya akan menjadi lalat,  yang hidup bahagia di tempat sampah.

 Semoga saudara-saudara sekalian juga bisa bahagia tanpa harus hidup menyalahkan siapa-siapa lagi. Bahagialah dengan bungamu yang asli. Bunga yang lahir dari kelopak yang bersih dan murni. Dari hatimu," 

Lalat turun panggung. Mengendus bau. Sekejap ia sudah tiba di sana. Di istananya yang indah. Tumpukan sampah. 

Gazebo Cinta, 

9 November 2023

Posting Komentar untuk "Memang Sulit Meyakinkan Lalat, Bunga Lebih Baik Dari Sampah"