Ketua Jurusan Teknik Mesin UMI Layak Jadi Rektor Umi Yang Baru

Oleh: DR. Ir. Faisal Habib, MT 

Makassar Media Duta online,-SEJUMLAH Guru Besar diam-diam tengah mematut dirinya pantas dan layak menjadi Rektor UMI, kitapun mafhum bahwa UMI adalah gudangnya guru besar.

 Namun tidak semua guru besar alias profesor itu memiliki bakat kepemimpinan yang memadai. Tengoklah contoh kejadian terbaru dimana banyak Rektor yang juga guru besar terjerat dugaan kasus korupsi seperti di UNILA, UNUD dan lainnya.

 Bukan kesalahan gelar profesornya tetapi kesalahan manusianya, misalnya manajemen ataupun lengah tidak tahan godaan, itulah sebabnya tantangan terberat seorang profesor adalah bagaimana memuliakan dan menjaga marwah status maha guru yang disandangnya.

Profesor adalah pencapaian jabatan guru besar atas penguasaan keilmuan yg didalaminya, tentu saja berpengalaman baik dalam pengajaran maupun dalam penelitian sesuai bidang keilmuannya.

Kendati pun tidak terdapat instrumen kepemimpinan dalam standar pencapaian gelar profesor, namun umumnya seorang profesor dianggap sangat memadai menjadi seorang pemimpin di Universitas.

Profesor yang pas menjadi rektor adalah sosok yang disamping dapat merepresentasikan kemampuan keilmuannya juga memiliki kemampuan manajerial yang baik, pemimpin yang mengayomi yang tercermin melalui kematangan sikap.

Bijaksana dan berwibawa secara akademik pula, berwawasan luas serta mampu memposisikan dirinya sebagai “leader” yang egaliter bukan sebagai “atasan” penikmat kekuasaan yang getol mengancam bila tidak sependapat.

Masyarakat kampus sangat memahami bahwa kampus adalah teritori kebebasan berpendapat dalam dialektika akademik, menjunjung tinggi perbedaan pendapat agar dapat diperdebatkan secara ilmiah dalam bingkai moralitas, tempat bertumbuhnya ide dan gagasan otentik berlandaskan pemikiran akal sehat.

Maka sebagai entitas intelektual berpendidikan tinggi di kampus para dosen dan karyawan haruslah menjadi variable penentu bagi berkembangnya proses pendidikan dan penelitian sebagai tolak ukur majunya sebuah universitas.

Faktor penentu ini tentu saja harus mendapatkan perhatian dari pimpinan UMI ke depan, tercukupi kebutuhan dasarnya, kesejahteraan idealnya tidak lagi sebatas harapan agar dapat melaksanakan kegiatan tri dharma perguruan tinggi secara maksimal.

UMI sejauh ini senantiasa eksis dan terdepan dalam mencetak lulusan yang kompeten dengan selalu menekankan pentingnya menjaga akhlakul karimah, menjadi faktor keunggulan, karena cerdas dan berkompeten saja tidaklah cukup bila tak memiliki akhlak yang baik dan moralitas yang buruk.

Pemberhentian permanen Rektor UMI on going (2022-2026) mengharuskan para pengambil kebijakan di Yayasan Wakaf UMI segera melakukan pemilihan rektor yang dapat bertugas secara definitif.

 Maka mari bersiap menyambut kahadiran pemimpin baru yang lebih akuntabel, seraya berdoa semoga apa yang menjadi harapan sivitas akademika UMI untuk mendapatkan Rektor.

 Sebagaimana dicita-citakan yang dapat mengantarkan UMI memasuki fase baru, sebagai universitas berkelas dunia benar-benar dapat diwujudkan, setidaknya pada track yang benar, insyaallah.

Kelancaran dan keberlanjutan pengelolaan Universitas besar ini jangan sampai terganggu, stabilitas di UMI harus tetap terjaga. (*)

Posting Komentar untuk "Ketua Jurusan Teknik Mesin UMI Layak Jadi Rektor Umi Yang Baru"