Kolong Pendidikan Yang Religius, (II. 22)
Oleh: Bahaking Rama.
Sejak dahulu, ada sebagian orang sangat berbakat dan gemar banyak bicara meskipun bicaranya tak bermakna.
Baginya, banyak bicara dianggap suatu kelebihan, karena memilih kemampuan untuk mengolah kata dari mulut dan bibirnya.
Orang tua kita dahulu, sangat menghargai eksistensi orang yang banyak bicara, tetapi ia kurang (bahkan tidak) mempercayainya, sebagaimana Kelong:
-MANNA BULAENG MUNCENNU,
-MANNA INTANG BIBERE'NU,
-KUTAMATAPPA',
-KATAENA MINASANGKU.
Arti bebasnya:
Meskipun mulutmu bagaikan emas, bibirmu laksana intan, kutak percaya dari ucapan yang taksesuai harapan dan kenyataan."
Nilai pendidikan dari kelong di atas adalah; hendaklah setiap diri bertutur kata yang baik dan membawa manfaat.
Memenuhi harapan dan tidak menyakiti perasaan orang lain. Bicaralah yang benar yang memenuhi harapan dan menyenangkan orang lain.
Suatu ketika, Umar Bin Khattab r.a. didatangi seseorang yang banyak bicara. Khalifah Umar memperingatkan, bahwa orang yang banyak bicara itu akan berjuang pada kematian hatinya.
Kondisi hati yang mati, tidak lagi mengenal penyesalan jika berucap yang salah.
Dari situlah rasa malu terkikis dan akan melakukan kesalahan-kesalahan lainnya .
Karena tidak hati-hati dari apa yang diucapkannya.
Orang yang bersikap hati-hati, agar tidak terjerumus ke dalam kesalahan.
Bahkan ia lebih banyak mengingat, berzikir kepada Allah.
Semoga peringatan Umar Bin Khattab r.a. dapat membimbing kita semua selalu berhati-hati dalam bertutur kata, untuk memelihara kesucian hati dan zikrullah. Semoga, Aamiin.
Pao-pao Gowa, Ahad, 24 April 2022.
Posting Komentar untuk "Banyak Bicara Tanpa Bermakna"